East Java Environmental Art 2014 - Dewan Kesenian Jawa Timur

April 15, 2019
Poster East Java Environmental Art 2014 - ikmalimani
Dinamika dunia seni rupa di jawa timur berkembang secara perlahan mengikuti dinamika seni rupa nasional, baik seni lukis, seni patung, seni rupa instalasi, seni rupa pertunjukan dan lain sebagainya hingga seni rupa video dan seni rupa jalanan (street art) seperti mural, stensil atau graffiti. Wujud perhelatan seni rupa di kota-kota besar di jawa timur seperti Surabaya, Gresik, Malang, Pasuruan, termasuk di wilayah kabupaten sering diselenggarakan walaupun diwujudkan secara sederhana, yang adakalanya dianggap tidak memiliki gema atau mewakili pola pikir para intelektual seni dikancah seni rupa nasional. Event besar seperti Biennale Seni Rupa Jawa Timur hingga terselenggara yang ke lima pun dianggap belum dapat memberi kontribusi bagi wacana seni rupa nasional.
Karma dari arogansi para intelektual seni dan para perupa yang notabene telah merambah wilayah nasional dan internasional kini mengalami masa stagnasi bahkan cenderung krisis, dimana market seni rupa kini justru menjadi agen perubahan paradigma para pelaku seni secara global. Fenomena tersebut merupakan salahsatu wujud pembalakan liar dan eksplorasi ide yang menguras energi dan pemikiran, dimana perupa selalu menjadi korban. Para intelektual seni rupa di posisi titik aman tetap memanfaatkan fenomena stagnasi tersebut sebagai komoditas informasi, dengan alibi sebagai sarana informasi pembelajaran dan edukasi di wilayah formalitas kependidikan, di dalam dan di luar ruang seni rupa. Aneka upaya dilakukan guna mendapatkan solusi tepat melalui akumulasi perbenturan dan kesepakatan dalam pemikiran belum dapat menjawab persoalan yang kini sedang terjadi. Kini, tiada lagi ruang bermain untuk idealisme seni rupa, halaman tampak sepi dan kosong walau terlihat bola berada di tengah lapangan rumput yang subur akibat berbagai musibah dan bencana alam.Aneka kegiatan dilakukan oleh para perupa untuk melupakan fenomena tragis dengan bermain atau melakukan berbagai percobaan. Ruang seni berusaha dihias dengan hiruk pikuk pertemuan dalam kesetaraan, senasib dan seperjuangan.Peran pemerintah diharapkan dapat memberi nafas demi keberlangsungan dunia seni rupa khususnya di jawa timur.

Kini, Dewan Kesenian Jawa Timur (DKJT) membuka ruang bermain dengan tema kegiatan “East Java Environmental Art 2014”. Pada konteks seni rupa, istilah ‘Environmental’ dapat diartkulasikan sebagai bentuk kegiatan seni rupa alternatif yang mengedepankankan nilai-nilai lingkungan sebagai upaya penggalian dan pengolahan aneka ide kreatif dan imajinasi, kolaborasi aneka bahan atau disiplin ilmu seni guna meraih suatu idelitas seni yang berbeda dan unik  sehingga dapat memberi kontribusi bagi pelakunya dan pembelajaran bagi penikmatnya. Kegiatan ini akan diselenggarakan di Kebun Bibit kota Surabaya, dengan konsepsi sesuai pandangan di atas dengan menguji ketahanan dan kreatifitas perupa dalam merespon potensi alam sekitar menjadi karya seni. Adapun posisi komite seni rupa DKJT sebagai pencetus program acara diharapkan dapat mampu memberi kontribusi wacana yang menarik perhatian para pewacana skala nasional dan global.

-----------------------------------------------------------------------------------

KATALOG PRESENT










-----------------------------------------------------------------------------------

Seni Lingkungan Tanpa Subjek


Mohamad Arifin, 2015

Sekian abad lamanya Eropa telah mengalami masa Pencerahan. Modernitas menjadi semangat yang mendasari laku kehidupan. Rasio menjadi panglimanya. Manusia tampil percaya diri, lahir sebagai individu yang utuh. Semua sandaran yang berada di luar dirinya mulai ditanggalkan. Tuhan, alam dan entitas transedental lainnya telah diacuhkan. Moralitas agama diperlemah, sekularitas menjadi bagian penting dalam strategi dan kebijakan politik. Manusia sedang menegaskan keberadaannya sebagai sesuatu yang harus bisa mengatasi kehidupannya sendiri. Antroposentrik.

Sejak Abad Pencerahan sains baru mulai dilahirkan. Di sisi lain ekonomi dan politik semakin menguat. Tanpa terelakkan persaingan antar otoritas menyeret manusia untuk semakin rakus memenuhi kebutuhannya. Eksploitasi manusia dan alam menjadi suatu keharusan. Perbudakan manusia lahir dalam wujud yang baru. Mesin‐mesin industri bergerak tanpa henti, mengeruk sumber daya alam tanpa terkendali. Revolusi industri abad 19 menjadi nafas yang memompa denyut nadi ekonomi-politik.

Begitu pula ilmu dan filsafat berkembang menjadi sangat positivistik. Aspek batiniah tidak pernah lagi tersentuh, apalagi menjadi rujukan epistemologis. Corak rasionalistik ini pula yang mempengaruhi dunia seni kala itu. Karenanya seni modern tidak lagi mimetik, melainkan berwatak
sublimatik-rasionalistik. 

Akankah dunia menjadi lebih baik? Benarkah modernitas mampu membawa kebaikan dalam kehidupan? Dunia telah membuktikan pencapaian abad modern justru berbalik membawa kehidupan pada titik kronis. Kehidupan nyatanya berada jauh dari apa yang dicita‐citakan Pencerahan. Patologi sosial, perang dunia dan kerusakan lingkungan terpampang jelas dalam lanskap dunia modern. Kekecewaan semacam ini di kemudian hari membawa reaksi yang berbalik.

Di awal abad 19 romantikisme menjadi semangat baru, gerakan kembali ke alam untuk pertama kalinya digelorakan. Kesadaran semacam ini tumbuh dan berkembang di lingkungan intelektual, sastra dan seni. Kemunculannya menandai suatu reaksi terhadap kebudayaan ilmu pengetahuan yang telah mengakar kuat di dalam kehidupan masyarakat kala itu. Positivisme logis di abad sebelumnya terlanjur menjadi semangat zaman yang menggerakkan nadi pemikiran dan pengetahuan hingga mampu membentuk suatu kebudayaan artifisial. Di sinilah, zaman modern yang antroposentrik itu menamakan kehidupannya sebagai kultural.

Di sisi yang lain, gerakan romantik mencoba mengembalikan kesadaran natural sebagai inspirasi kebudayaan. Anasir-anasir yang lain, seperti kesadaran afektif mulai dibuka kembali. Ekspresi dan emosi menjadi bagian penting yang mendasari seni Romantik. Alam kembali menemukan tempatnya dalam kehidupan manusia. Manusia menjadi ajeg dalam kerohanian natural yang menghubungkan dirinya dalam kemesraan kosmik bersama alam. Objek alam yang harmonis sekaligus dramatik menjelma di dalam kanvas‐kanvas para maestro romantik, dalam bait‐bait puisi dan pemikiran filosofis.

Namun demikian, keterhubungan manusia dan alam tidak sepenuhnya netral tanpa intervensi kepentingan. Hubungan yang masih jauh dari keterlibatan total dan tanpa ada bentuk penguasaan. Proyek rasionalisasi alam yang acapkali dilakukan oleh manusia modern masih terus diwarisi. Manusia romantik masih menganggap dirinya sebagai subjek yang tidak merelakan dirinya masuk terintegrasi menjadi bagian dari alam itu sendiri. Alam hanya dijadikan batas karakter dan gaya. Abad Romantik dengan demikian masih mewarisi cita-cita Pencerahan, karenanya romantikisme masih dalam satu kandungan ibu modernitas. Dalam banyak hal alam terus-menerus diobjektivikasi menjadi properti yang mengukuhkan subjek manusia.

Dengan segala problemnya, semangat romantik terus berkembang hingga sekarang. Kehidupanpaska perang dunia II membawa angin perubahan kebudayaan dalam skala masif, dan seni lingkungan dilahirkan darinya. Seni lingkungan merupakan term pokok untuk menyebut genre seni yang bervariasi, meliputi karya dua dimensional, performans dan instalasi land art yang kesemuanya mendasarkan pada isu lingkungan dengan varian gaya dan variasi ide gagasan dan materialnya.

Gerakan avant garde mendorong jenis seni ini berkembang lebih jauh. Robert Smithson seniman Amerika mengawali land art di tahun1968. Karya yang terkenal Spiral Jetty (1970) mengkomposisikan bentuk spiral dengan materi dari alam: batu, tanah dan ganggang dengan jumlah tonase. Karya ini menjadi babak baru seni lingkungan yang langsung menggunakan materi alam. Terdapat persoalan baru yang diusung karya ini, bahwa suatu karya seharusnya mau melepaskan dari individualitas senimannya. Objek karya sangat tidak bergantung secara langsung kepada sang kreator, dikarenakan karya akan dibiarkan untuk secara terus-menerus diseleksi oleh alam. Mengingat lokasi tempatnya di alam terbuka dan rentan karena perubahan iklim.

Bentuk seni seperti inilah yang seharusnya diidealisasikan sebagai karya seni lingkungan yang tidak berjarak. Proses riset dan penciptaannya menyertakan keikutsertaan alam secara integral. Dan melakukan interaksi dengan alam tanpa melepasnya sebagai bagian tersendiri. Inilah bentuk kesantunan kita terhadap alam. Hubungan subjek dan objek yang harmonis tanpa melakukan eksploitasi simbolik sedikitpun terhadap alam. Alam yang sudah menyediakan tempat yang nyaman dan makanan yang cukup bagi kita.

-----------------------------------------------------------------------------------

Pengantar Kegiatan Acara

Muhammad Rizky
Komite Seni Rupa Dewan Kesenian Jawa Timur

Dinamika dunia seni rupa di jawa timur berkembang secara perlahan mengikuti dinamika seni rupa nasional, baik seni lukis, seni patung, seni rupa instalasi, seni rupa pertunjukan dan lain sebagainya hingga seni rupa video dan seni rupa jalanan (street art) seperti mural, stensil atau graffiti. Wujud perhelatan seni rupa di kota-kota besar di jawa timur seperti Surabaya, Gresik, Malang, Pasuruan, termasuk di wilayah kabupaten sering diselenggarakan walaupun diwujudkan secara sederhana, yang adakalanya dianggap tidak memiliki gema atau mewakili pola pikir para intelektual seni dikancah seni rupa nasional. 
Kini market seni rupa justru menjadi agen perubahan paradigma para pelaku seni secara global. Fenomena tersebut merupakan salahsatu wujud pembalakan liar dan eksplorasi ide yang menguras energi dan pemikiran, dimana perupa selalu menjadi korban. Para intelektual seni rupa di posisi titik aman tetap memanfaatkan fenomena stagnasi tersebut sebagai komoditas informasi, dengan alibi sebagai sarana informasi pembelajaran dan edukasi di wilayah formalitas kependidikan, di dalam dan di luar ruang seni rupa. Aneka upaya dilakukan guna mendapatkan solusi tepat melalui akumulasi perbenturan dan kesepakatan dalam pemikiran belum dapat menjawab persoalan yang kini sedang terjadi. Kini, tiada lagi ruang bermain untuk idealisme seni rupa, halaman tampak sepi dan kosong walau terlihat bola berada di tengah lapangan rumput yang subur akibat berbagai musibah dan bencana alam. Aneka kegiatan dilakukan oleh para perupa untuk melupakan fenomena tragis dengan bermain atau melakukan berbagai percobaan. Ruang seni berusaha dihias dengan hiruk pikuk pertemuan dalam kesetaraan, senasib dan seperjuangan. Peran pemerintah diharapkan dapat memberi nafas demi keberlangsungan dunia seni rupa khususnya di jawa timur.
Kini, Dewan Kesenian Jawa Timur (DKJT) membuka ruang bermain dengan tema kegiatan “East Java Environmental Art 2014” dan “Kompetisi Desain Ikon Jawa Timur 2015”diharapkan dapat kembali menggairahkan perjalanan kegiatan seni rupa di jawa timur. Adapun bentuk kegiatan seni rupa alternatif yang mengedepankankan nilai-nilai lingkungan dan meningkatkan animo pelaku seni rupa sebagai upaya penggalian dan pengolahan aneka ide kreatif dan imajinasi, kolaborasi aneka bahan atau disiplin ilmu seni guna meraih suatu idelitas seni yang berbeda dan unik sehingga dapat memberi kontribusi bagi pelakunya dan pembelajaran bagi penikmatnya. Adapun posisi komite seni rupa DKJT sebagai pencetus program acara diharapkan dapat mampu memberi kontribusi wacana yang menarik perhatian para pewacana skala nasional dan global.

IKMAL IMANI